...ai +
Hujan.
Kenapa sebuah cerita akan lebih dramatis jika ditambahkan dengan hujan? Aku heran, di cerita-cerita yang pernah kubaca, jika ada suatu adegan dramatis akan dilatarbelakangi dengan hujan yang turun.
Seperti saat ini.

Hujannya tidak mau berhenti, malah semakin lama semakin deras. Aku melihat ke atas, butiran-butiran air yang menetes membasahi wajahku, rambutku, tubuhku, dan apapun yang ditemuinya di muka bumi ini.
Termasuk kau.

Aku melihatnya. Aku melihat bagaimana luwesnya butiran air yang jernih itu jatuh di atas rambutmu, meluncur dengan ringan di atas permukaannya yang lembut. Aku melihat bagaimana cara partikel-partikel transparan itu melayang saat kau menggerakkan rambutmu yang basah. Aku melihat bagaimana ekspresi wajahmu yang menyambut hujan dengan senang. Aku melihat semuanya, bahkan cahaya-cahaya kecil yang berbinar di sekelilingmu itu bisa kusadari.

Tapi kau tidak menyadarinya. Berkali-kali aku melayangkan pandangan ke arah barat, berkali-kali aku diacuhkan. Bukan diacuhkan, tetapi kau tidak tahu. Kau tidak tahu bagaimana aku ditertawakan oleh teman-temanku ketika aku gagal berbicara dengan lancar ketika kau iseng masuk ke kelasku. Kau tidak tahu bagaimana aku menunggumu lewat di depan kelas saat bel masuk berbunyi. Kau tidak tahu bagaimana aku ikut sedih ketika kau dibentak-bentak kakak kelas, bukan sebagai korsa, tetapi sebagai arti lain. Kau tidak tahu bagaimana...-

Sudahlah. Apa yang sudah terjadi biarkan saja terjadi. Jalan kedepan masih panjang. Kita harus selalu optimis, iya 'kan?

Huh, optimis.

"Sudahlah, kau tidak salah mengharapkannya?"

"Hebat sekali jika ada yang bisa meruntuhkan hatinya,"

"Cuek. Nggak pernah peduli sama cewek. Masih mau dilanjutin?"

Dan masih banyak lagi komentar yang kudengar.

Aku optimis. Ya, aku optimis. Kenapa? Karena aku percaya setiap orang pasti punya hati. Secuek apapun seseorang pasti punya hati, iya 'kan? Jika kau tidak punya hati, kenapa kau tidak diam saja ketika kami kesusahan saat itu? Kenapa kau membantuku menggunting semua kertas-kertas itu?

Optimis.

Optimis adalah senjata terakhir.
. . . .

Labels: , , , ,

+ posted on 20131102 at 21:48