Aku cepat-cepat menulis ini segera setelah aku melahap habis isi buku itu, dan hasilnya adalah gaya bahasaku yang kini seenaknya saja berubah.
The Hunger Games.
Oke, kuakui buku ini cukup bagus untuk dibaca. Yah, bagus sekali. Aku mau jika seseorang datang untuk membelikanku seluruh serinya.
Tetapi, yah, aku tidak tahu apakah aku yang terlalu menganggap serius atau si pengaranglah yang hebat. Apakah diantara kalian ada yang sudah membaca The Hunger Games? Kalau belum, bacalah. Buku ini bagus. Saking bagusnya hingga aku bisa merasakan apa yang dirasakan Katniss sewaktu pertama menjejakkan kaki di Capitol. Jika kalian tidak tahu bagaimana ceritanya, cari sendiri di Wikipedia. Aku tidak mau repot-repot menjelaskannya pada kalian.
Pokoknya, Katniss merasa dia sangat... yah, kalian bisa menemukan sendiri bagaimana perasaannya waktu itu. Halaman empat puluh tiga, disanalah segala perasaan Katniss tergambarkan secara nyata dalam diriku. Aku bisa merasakan bagaimana perasaan ragu Katniss, aku bisa merasakan canggungnya dia diantara para peserta lain, aku bisa merasakan perasaan aneh dirinya ketika dibawa masuk ke arena, perasaan terkurung di suatu belantara yang luas...
Semua suasana hati Katniss ataupun emosinya bisa tergambarkan secara mendetail di dalam diriku. Tidak tahu apakah aku yang terlalu
over atau si pengaranglah yang hebat.
Dan perasaan-perasaan itulah yang membuatku ingin mempunyai buku ini sekaligus tidak ingin membaca buku ini untuk yang keduakalinya. Perasaan-perasaan itu membuatku... Argh! Entah perasaan apa itu.
Bahkan beberapa menit setelah aku selesai membaca buku itu, aku masih merasa bahwa diriku itu Katniss.
Dan buku itu, seperti buku-buku lainnya, membuat gaya bahasaku beralih sejenak. Ha ha ha, aku memang agak mudah terpengaruh dalam hal ini.
Ada segudang pertanyaan yang ingin kuajukan pada pengarangnya...
Kamera-kamera itu, aku tidak tahu dimana kau meletakkannya, tetapi dari awal sampai akhir cerita aku tidak memperhatikan adanya microphone yang dipasang di setiap kamera. Dan dimanakah kamera-kamera itu berada?
Darimana Cinna mendapatkan semua gaun-gaun yang dipakai Katniss? Dan pin emasnya, kenapa itu lolos dalam penjurian? Apakah itu tidak berbahaya? Sebuah pin kecil tidak berguna?
Dan... sebenarnya masih banyak lainnya. Tetapi aku sudah sedikit mengantuk, dan aku tidak mau aku bangun terlambat besok pagi.
#end#
Semoga gaya bahasaku begini seterusnya. Apa lebih baik aku mengembalikan gaya Stephenie Meyer-ku lagi? Atau gayaku sendiri...?
Labels: curcol, Nevermore, Nice, Night, Nowhere........, Story, Whatever