Bun, Pulang, Bun! +
Ini blogpost spesial buat temen sekelasku yang masuk koran Jawa Pos Radar Jember edisi hari ini, 22 Oktober 2015.

Jadi, menurut cerita versi koran, si Diana Firda Usiyah ini pergi dari rumah, ah, lebih tepatnya pergi dari sekolah pada hari Rabu pagi, jelas sebelum jam 7 pagi. Dia habis diantar ibunya ke sekolah bukannya masuk ke kelas tapi malah keluar lagi dari area SMADA setelah ibuknya ngilang. Terus waktu dijemput ibunya pulang sekolah, si Diana ini nggak keluar-keluar. Ditunggu sampai jam lima sore (jam maksimal siswa bisa berada di area sekolah) si Diana nggak muncul-muncul juga, akhirnya besoknya ke lapor ke sekolah dan nyari-nyari sendiri. Setelah nggak ketemu beberapa hari, akhirnya ortu Diana lapor ke polisi.

Nah, itu versi koran. Mending baca berita lengkapnya di koran deh, biar jelas hehehe.

Pada waktu hari Rabu itu, temenku ada yang nggak sengaja lihat langsung kejadiannya di depan gerbang sekolah, dan ada beberapa fakta yang berbeda dari apa yang dia tahu dan lihat sendiri.

Pertama, yang antar jemput si Diana itu kakak laki-lakinya, bukan ibunya. Dan memang faktanya selama ini dia dianterin kakaknya, bukan ibunya. Aku juga sempat lihat beberapa kali dia dianter sama laki-laki, bukan ibuk-ibuk. Dan fakta ini bisa dikonfirmasi ke teman-teman yang lain juga.

Kedua, yang pergi ke sekolah besoknya untuk lapor itu bukan ibunya, tapi ya kakaknya lagi, bareng, entahlah, istrinya mungkin? Waktu itu aku ingat betul kejadiannya hari Kamis, soalnya kita lagi olahraga di lapangan basket, dan ngelihat ada kakaknya Diana datang sama cewek, yang sudah jelas bukan ibunya. Entah kalau ibunya datang lagi waktu kita masuk kelas. Yang jelas sekitar jam delapan itu ada kakak laki-lakinya duduk di depan ruang BK dengan muka bingung.

Fun fact, Diana dipanggil Bunda di kelas, soalnya dia sering telpon-telponan sama pacarnya di sekolah, sih.
Makanya title postnya "Bun, Pulang, Bun!
Hehehe.
Dengan kepergian Bunda ini, kita sebagai teman sekelasnya nggak diam juga sih. Kemarin anak-anak sempat telpon ke nomor yang diyakini nomor pacarnya Bunda, mas Faqih. Secara, anak cewek SMA pasti expert kalau urusan stalking, jadi entah bagaimana temen-temen bisa nemu nomer itu di Facebook.

Mereka dengan konyolnya nelpon ke nomor itu. Menurut iklan di FB, sih, si mas Faqih ini jualan telur, jadi kita alasan mau wawancara soal pedagang telur buat tugas sekolah. Waktu itu kita minta alamat tempat mereka memproduksi telur-telur itu, tapi sampai sekarang nggak dikasih. Yah, aku nggak menyalahkan dia sih, soalnya, mana ada orang bisa kasih alamat rumah dengan mudahnya ke orang yang belum kenal? Dengan kata lain, usaha kita ini gagal.

Pihak sekolah juga ikutan ruwet. Tadi pagi, untuk kesekian kalinya, guru BK kelasku, Bu Hajar, datang lagi ke kelas, minta keterangan soal si Bunda. Dan, yang bisa kita berikan infonya ya cuma itu-itu saja; Bunda nggak masuk sekolah, kira-kira sama pacarnya, dan sudah!

Oh iya, ada yang bilang si Bunda ada di Kalisat, ada di rumah pacarnya. Entah pacarnya yang mana dan yang keberapa. Bunda ini pacarnya banyak, lho. Satu putus tumbuh seribu.

Katanya si sumber ini, ibunya Bunda sempat tanya ke orang pinter, dan hasilnya katanya Bunda ada di suatu tempat di Kalisat, Jember.
Entahlah, berita ini bener apa nggak. Tapi mungkin nggak, soalnya kalau memang benar ada di Kalisat, masa ibunya cuma tinggal diam dan nggak mencoba mencari ke Kalisat sih?

Kita sekelas sebagai temen juga khawatir, kemana ni anak satu kok nggak muncul-muncul? Gimana sekolahmu, Bun, dan kita sudah bosan dikunjungi guru BK berkali-kali!

Ah, aku melewatkan waktuku yang berharga hanya untuk mengetik ini. Aku harusnya les sekarang, dan belum mandi! 

Oke, mungkin post ini akan ada lanjutannya...

Labels:

+ posted on 20151022 at 16:22