Tenggelam +
Dan ia pun tenggelam, menciptakan gelombang-gelombang air yang bercipratan ketika ia jatuh ke air. Permukaan air hijau yang tenang itu kini beriak-riak, kedamaiannya terusik karena dia yang jatuh. Hanya satu orang yang jatuh, tetapi gelombang transversal yang dibuatnya merambat hingga ke tengah-tengah danau.

Hilangkah ia? Aku tidak tahu. Ketika kulayangkan pandang ke danau, berusaha menembus gelapnya air, aku tidak melihat apa-apa. Yang ada hanyalah kepekatan hijau air danau.

Lalu entah bagaimana ia telah selamat. Terengah-engah di sampingku, uap nafasnya berkabut di depan wajahnya yang kebiruan. Ia terlalu sibuk mengatur nafasnya sehingga tidak memperhatikanku yang tengah memandanginya. Kemudian aku menyadari. Ia telah tenggelam dan berhasil kembali ke daratan.

Ketika tubuhnya yang bertelanjang dada kurengkuh dalam pelukanku, kurasakan betapa dingin kulitnya. Bagaimana tidak, ia telah cukup lama berada di bawah air. Otot bahunya menegang karena sentuhan panas dari kulitku. Dapat kubayangkan wajah heran yang tergambar di wajahnya ketika aku memeluknya seperti ini.

“Aku bersyukur kau bisa selamat,”

Aku berbisik, dan masih mendekapnya lebih lama lagi. Kami diam beberapa saat pada posisi seperti ini; ia yang duduk memanjangkan kaki di dermaga kayu, dan aku yang berlutut memeluknya, mencium wangi rambutnya yang basah karena air danau.

Ia tidak memelukku balik. Tidak masalah. Yang terpenting adalah ia bisa kembali ke tanah daratan dengan utuh, tidak kurang suatu apa. Dan ia memang kembali.

Kulepaskan pelukanku lalu memandangnya tepat pada kedua bola matanya. Ia sudah kembali.


Lalu ia menghilang begitu saja dari pandanganku.




cross-posted to my story-site

Labels: ,

+ posted on 20150805 at 20:57