Oke, maafkan aku karena topiknya lagi-lagi begini. Lagi iseng, nggak ada kerjaan dan pingin bikin sesuatu tapi lagi nggak ada ide. Ya sudah buka-buka draft yang dulu-dulu, hehe :)
Para Penjangkau Bintang
Mereka
adalah para penjangkau bintang. Mereka adalah manusia-manusia yang seringkali
direndahkan, namun sebenarnya diri mereka lebih berharga dari siapapun yang
merendahkan mereka. Mereka adalah manusia-manusia yang menahan kesakitan tanpa
tangis. Mereka adalah manusia-manusia yang menghadapi ketakutan dengan berani.
Mereka adalah para kesatria.
Kamu
adalah salah satu dari mereka. Kamu adalah satu dari dua puluh empat para
penjangkau bintang. Tak kau hiraukan segala tawa dan hinaan yang tertuju
padamu, karena kamu tahu dirimu lebih berharga dari mereka yang menertawakan
dan menghinamu. Kamu adalah manusia yang menahan kesakitan tanpa tangis. Kamu
adalah manusia yang menghadapi ketakutan dengan berani. Kamu adalah kesatria.
Dan
kesatria akan menjangkau bintang-bintang tanpa lelah. Kesatria akan menjulurkan
tangan setinggi-tingginya demi bintang terjauh yang menjadi sebuah harapan
baginya. Bintang itu adalah tujuan utamamu, seolah kamu hidup hanya untuk
meraih bintang itu. Di bawah teriknya matahari, di tengah guyuran hujan, dan
jauh di dalam kegelapan malam para penjangkau bintang akan berdiri. Berdiri
tanpa kenal lelah. Mereka, dan kamu, akan selalu siap untuk menjangkau bintang
sewaktu-waktu.
Lalu
ada aku disini. Manusia yang tidak memiliki keistimewaan apapun. Diriku tidak
terlalu berharga. Aku bukanlah manusia yang bisa menahan kesakitan tanpa
tangis. Aku bukanlah manusia yang bisa menghadapi ketakutan dengan berani. Aku
bukanlah kesatria. Aku hanya seorang manusia biasa.
Jarak
antara 'aku' dengan kamu, sang kesatria penjangkau bintang, sangatlah jauh. Aku
hanya bisa terdiam dan memandang dengan sebuah harapan kosong setiap kali kamu
lewat. Tanpa kamu sadari, ada satu makhluk di sini yang selalu menyisipkan
namamu dalam do'anya. Semoga bintang
terjauh itu berhasil dijangkau, begitu bisiknya. Makhluk ini mungkin akan
tetap setia dan akan tetap tegar, meskipun wujudnya hanya sekecil jarum.
Mungkin bagimu aku adalah satu dari ribuan wajah yang biasa kau abaikan setiap
hari. Keberadaanku bagai jarum di dalam tumpukan jerami. Kecil, mungil, belum
tentu terdeteksi keberadaannya. Aku bukan seperti bintang, yang akan menang
melawan segala pesaing lain untuk mendapati tanganmu menjangkauku.
Namun
kemudian ketika bintang terjauh itu meledak, apakah kamu akan ikut jatuh?
Ketika pijakan yang selama ini kokoh menopang tubuhmu itu tiba-tiba hancur,
apakah kamu akan jatuh? Atau kamu masih dapat menggapai ujung tebing itu dan
menahan dirimu agar tidak jatuh? Entahlah. Tidak ada yang tahu. Bisa saja kamu
malah menjadi lebih kuat, dan berhasil mengangkat dirimu yang tergantung di
bibir tebing itu ke atas. Bisa saja kamu malah jatuh bebas ke dalam jurang yang
tak berujung.
Ketika
kamu akan menjangkau yang lebih tinggi, aku akan ada, entah dimana. Aku akan
tahu dan aku akan selalu ada saat kamu tiba-tiba terjatuh. Ketika kamu malah
terjun bebas ke dalam jurang, aku akan ada dan menciptakan dasarnya. Aku akan
berada di sana, dengan tangan terbuka lebar. Aku takkan tinggal diam. Aku akan
menolongmu hingga kamu kembali siap untuk menjangkau bintang.
Kamu
adalah satu dari dua puluh empat para penjangkau bintang yang memiliki berjuta
ambisi, keinginan, dan tujuan. Tak akan kau hiraukan segala tawa dan hinaan ang
bisa menghalangi keinginanmu. Kamu adalah manusia yang menahan kesakitan tanpa
tangis. Kamu adalah manusia yang menghadapi ketakutan dengan berani. Kamu
adalah kesatria.
Lalu
aku di sini hanya bisa menunggu harapan kosong.
February, 12th 2014
Untukmu, sang Penjangkau Bintang dengan sayap emasmu
yang selalu berkilau.
Labels: ai, Project, Short Story, Story