Salah satu penggalan 'Alice' +
Aku hanya bisa diam dan membisu, tak peduli pada hal yang sedang terjadi di depanku. Dia berteriak meminta pertolonganku, yang kuabaikan, seperti biasanya dia mengabaikanku. Aku bahkan hampir tak mendengar teriakannya. Yang kupikirkan hanya satu. Kayla Stawne, yang bahkan baik - baik saja di atas. Untuk apa aku memikirkan orang yang telah melukaiku di masa lalu?

Jangan begitu. Sebuah suara kecil membiskikiku. Kau punya hati. Bantulah dia demi aku.

Kalau demi suara yang sangat familier ini, aku akan melakukan apa saja. Apa saja yang membuat suara ini senang.

"Kalau aku menariknya, kau akan senang?"

Jelas. Suara bening indah, semerdu dentingan piano itu menjawab dengan tulus.

Kalau bukan karena dia, manusia di depanku ini sudah mati.

"Kau memang baik. Tak salah aku menilaimu dari dulu."

Terima kasih. Suara itu perlahan - lahan menghilang seiring mengucapkan kata 'terima kasih' untukku. Aku menjerit dalam hati.

Selamat tinggal, Alice.

Aku tak bisa berbuat apa - apa. Dia yang selamat ternyata sudah menghilang. Ucpan terakhirnya, untukku, yang kusambut dengan tangisan. Kenapa kau meninggalkanku secepat itu? Kita bahkan belum berbicara sehari ini.
AKu tak ingin menghentikan air mataku yang mengucur begitu derasnya. Tetapi aku tahu, kalau aku terus menangis, dia akan sedih. Demi dia, aku menghentikan tangisanku dan menghilangkan sisa air mata di wajahku dan melangkah pergi dari tempat terkutuk itu.
+ posted on 20110126 at 18:43